Pelatih Persebaya Sebelum Josep Gombau
liganusantara.com – Persebaya Surabaya, klub kebanggaan masyarakat Jawa Timur, tak hanya dikenal karena dukungan fanatik Bonek, tetapi juga karena dinamika kepelatihan yang menarik. Sebelum Josep Gombau mengambil alih kursi kepelatihan, Bajul Ijo telah mengalami berbagai fase di bawah tangan-tangan pelatih dengan karakter unik. Setiap pelatih meninggalkan jejak taktik, filosofi, dan warisan yang membentuk identitas tim. Artikel ini mengajak pembaca mengunjungi kembali era pelatih Persebaya sebelum Gombau, mengupas strategi, tantangan, dan kontribusi mereka dalam membangun legasi klub.
Aji Santoso (2019-2023): Arsitek Stabilitas dan Kolektivitas
Aji Santoso tercatat sebagai salah satu pelatih dengan masa jabatan terpanjang di Persebaya. Dengan pendekatan disiplin, ia berhasil membawa tim keluar dari bayang-bayang keterpurukan.
Strategi Bermain yang Mengandalkan Kecepatan dan Rotasi
Aji Santoso dikenal dengan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 yang mengoptimalkan pergerakan sayap. Ia kerap memanfaatkan kecepatan pemain seperti Febrianto Hadi dan Rizky Ridho untuk menekan pertahanan lawan. Rotasi pemain menjadi kunci utamanya dalam menjaga stamina tim, terutama saat menghadapi jadwal padat. Kebijakan ini terbukti efektif saat Persebaya menghadapi duel sengit melawan Bali United di tahun 2021, di mana skuad tetap segar meski berlaga tiga kali dalam seminggu.
Fakta mengejutkan tentang kekalahan Persebaya, yang menunjukkan kelemahan tim di laga tandang.
Kontribusi Besar: Dari Liga 2 ke Papan Atas Liga 1
Di bawah asuhannya, Persebaya tak hanya promosi ke Liga 1 pada 2019, tetapi juga konsisten finis di posisi 4 besar selama tiga musim berturut-turut. Prestasi ini diperkuat dengan kemunculan bintang muda seperti Marselino Ferdinan, yang berkembang pesat berkat sistem pelatihan Aji yang meritokratis.

Djadjang Nurdjaman (2018): Master Taktik Fleksibel
Djadjang Nurdjaman atau Djanur mungkin hanya singgah sebentar di Persebaya, tetapi gaya taktiknya yang adaptif meninggalkan kesan mendalam.
Formasi Cair Sesuai Kebutuhan
Berbeda dengan Aji Santoso, Djanur menolak terpaku pada satu skema. Ia kerap mengubah formasi dari 4-2-3-1 menjadi 3-4-3 tergantung kekuatan lawan. Keputusan berani ini terlihat saat melawan PSIS Semarang di final Liga 2 2018, di mana ia menurunkan trio striker untuk membongkar pertahanan ketat lawan.
Gelar Juara Liga 2 sebagai Warisan
Meski hanya setahun, Djanur sukses membawa Persebaya meraih gelar juara Liga 2. Kemenangan dramis atas Semen Padang di playoff menjadi bukti kejeliannya membaca permainan.
Angel Alfredo Vera (2017): Disiplin ala Argentina
Pelatih asal Argentina ini membawa angin perubahan dengan pendekatan keras namun efektif.
Persebaya bertahan 2 dekade tanpa gelar, sementara Paul Munster memprediksi peluang Persib dan Persija di BRI Liga 1.
Filosofi “Physical Football”
Vera mengandalkan formasi 4-4-2 klasik dengan fokus pada kekuatan fisik dan serangan cepat. Pemain seperti Sylvano Comvalius dijadikan ujung tombak untuk menerobos pertahanan lawan. Latihan intensifnya sempat menuai protes dari pemain, tetapi hasilnya tak terbantahkan: Persebaya promosi ke Liga 1 pada 2018.
Kontroversi dan Prestasi
Meski dianggap otoriter, Vera berhasil mengembalikan mental tempur tim. Kemenangan 3-1 atas Madura United di Stadion Gelora Bung Tomo menjadi momen penting yang mengukuhkannya sebagai pelatih berpengaruh.
Iwan Setiawan (2016): Inovator yang Kontroversial
Iwan Setiawan mungkin hanya sebentar di Persebaya, tetapi gaya blak-blakannya menarik perhatian.
Eksperimen Formasi 3-5-2
Iwan memperkenalkan formasi 3-5-2 yang mengandalkan kreativitas lini tengah. Sayangnya, eksperimen ini sering gagal karena kurangnya pemain bertipe playmaker. Kekalahan 0-2 dari Arema FC di laga uji coba memicu kritik dari suporter.
Warisan Taktik Berani
Meski tak menghasilkan trofi, Iwan meletakkan dasar permainan ofensif yang kemudian dikembangkan pelatih berikutnya.
Ibnu Grahan (2015): Sang Penjaga Stabilitas
Ibnu Grahan hadir di saat Persebaya menghadapi ancaman degradasi.
Strategi Penguasaan Bola
Dengan formasi 4-5-1, Ibnu mengutamakan penguasaan bola dan serangan bertahap. Pemain seperti Aang Suparman menjadi kunci dalam menjaga alur permainan.
Kesuksesan Bertahan di Liga 1
Hasil imbang 1-1 melawan Persipura Jayapura di akhir musim 2015 memastikan Persebaya tetap di Liga 1, menjadi warisan terbesar Ibnu.
Penutup: Jejak Para Pelatih dalam Sejarah Persebaya
Setiap pelatih Persebaya membawa warna unik, mulai dari disiplin ala Aji Santoso hingga fleksibilitas Djanur. Mereka tak hanya mengukir prestasi, tetapi juga menyiapkan fondasi bagi Josep Gombau untuk membawa tim lebih tinggi. Sejarah membuktikan: di balik kesuksesan klub, selalu ada pelatih dengan visi dan dedikasi luar biasa.
liganusantara.com
(Artikel ini ditulis dengan gaya jurnalistik independen dan tidak terafiliasi dengan pihak manapun.)