Timnas Indonesia

Faktor Kegagalan Timnas Indonesia Di Kualifikasi Piala Dunia 2026

×

Faktor Kegagalan Timnas Indonesia Di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Sebarkan artikel ini
Faktor Kegagalan Timnas Indonesia
Faktor Kegagalan Timnas Indonesia

Kegagalan Timnas Indonesia dalam kualifikasi Piala Dunia kembali menyadarkan kita bahwa masalah sepak bola nasional bukan semata soal kualitas pemain atau strategi pelatih.

Di era sepak bola modern, kemenangan tidak lagi bergantung pada intuisi, melainkan pada kemampuan mengolah dan memanfaatkan data.

Analisis data kini menjadi jantung pengambilan keputusan di banyak federasi sepak bola dunia, namun Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal ini.

Menurut laporan FIFA Performance Analysis 2023, lebih dari 70% federasi sepak bola di dunia telah menggunakan sistem analitik berbasis data untuk mendukung pelatihan, seleksi pemain, dan strategi pertandingan.

Negara seperti Jepang, misalnya, memiliki Japan Football Data Center yang mengumpulkan lebih dari 300 variabel performa per pemain per pertandingan, mulai dari intensitas lari hingga efektivitas pressing.

Hasilnya, dalam dua dekade terakhir Jepang konsisten lolos ke Piala Dunia dan mampu menumbangkan tim besar seperti Jerman dan Spanyol di Qatar 2022.

Indonesia, sayangnya, belum memiliki infrastruktur data yang memadai. Pelatih dan analis masih mengandalkan observasi visual dan statistik dasar, seperti jumlah gol atau tembakan, tanpa analisis mendalam terhadap pola permainan, zona kehilangan bola, atau efektivitas transisi serangan.

Padahal, machine learning dan video tracking analysis telah memungkinkan tim-tim lain untuk membaca taktik lawan dan menyesuaikan strategi secara real-time.

Menurut Simon Kuper dan Stefan Szymanski dalam bukunya Soccernomics (2012), klub dan tim nasional yang mengandalkan data dalam proses pengambilan keputusan memiliki peluang kemenangan hingga 15–20% lebih tinggi dibanding tim yang bergantung pada intuisi semata.

Data bukan sekadar angka; ia adalah representasi objektif dari kenyataan di lapangan.

Indonesia seharusnya mulai berinvestasi dalam Football Data Center nasional yang terintegrasi dengan liga domestik.

Setiap pemain, dari level junior hingga profesional, perlu memiliki profil data performa yang mencakup kecepatan, stamina, akurasi umpan, dan efektivitas permainan.

Dari sana, pelatih tim nasional dapat membuat keputusan seleksi berbasis bukti, bukan persepsi.

Lebih jauh lagi, pendekatan berbasis data juga penting dalam kebijakan pembinaan. Data FIFA Technical Report 2022 mencatat bahwa negara yang menerapkan sistem data-driven coaching berhasil meningkatkan produktivitas gol pemain muda hingga 25% dalam tiga tahun.

Artinya, sains data bukan hanya membantu kemenangan hari ini, tetapi juga menentukan masa depan sepak bola nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *