Kompetisi BRI Liga 1 2024/2025 sebentar lagi akan segera berakhir.
Beberapa tim papan atas sudah sedikit tenang karena dipastikan akan bertahan di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia ini musim depan.
Namun, bagi para tim papan bawah, mereka masih harus berjuang hingga akhir musim.
Memasuki empat laga terakhir musim 2024/2025, kompetisi Liga 1 Indonesia mulai memasuki fase paling menentukan, terutama di zona degradasi.
Ketegangan kian terasa di antara tim-tim papan bawah, yang kini bersaing ketat untuk lolos dari jeratan turun kasta.
Namun, bersamaan dengan meningkatnya tensi kompetisi, kekhawatiran publik terhadap potensi praktik pengaturan skor (match fixing) juga mencuat.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan jaminan bahwa kompetisi di penghujung musim akan berjalan bersih dan adil.
“Kita harus percaya kualitas wasit kita. Dan tadi yang saya bilang, kalau ada match fixing kita gigit,” ujar Erick kepada awak media di Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025) dikutip dari Antara.
Ia mencontohkan kemenangan Semen Padang atas PSIS Semarang dengan skor 3-2 dan atas Persija dengan skor 2-0 sebagai indikasi bahwa kompetisi masih berjalan wajar dan tidak diatur.
“Toh kemarin kita lihat Semen Padang dua kali menang, 3-2 (lawan PSIS) dan yang luar biasa 2-0 sama Persija,” katanya.
Zona degradasi kini dihuni oleh Semen Padang (28 poin), PSIS Semarang (25 poin), dan PSS Sleman (22 poin). Namun, posisi empat tim di atas mereka belum aman.
Barito Putera (29 poin), Persis Solo (32 poin), Madura United (33 poin), dan Persik Kediri (36 poin) masih mungkin terjerembab ke zona merah jika gagal meraih poin maksimal di sisa laga.
“Artinya apa? Ini mendapatkan sebuah hasil yang maksimal untuk klub seperti Semen Padang. Nah, klub-klub yang lain, saya lihat ada Madura, ada Persis juga, menghasilkan rekor-rekor yang ini. Ini selama itu hasilnya tidak ada match fixing, ya it’s oke,” jelas Erick.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru ( PT LIB), Ferry Paulus, menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah antisipasi untuk menjaga integritas kompetisi.
Salah satu langkah penting adalah memperketat pengamanan dan meningkatkan kualitas wasit yang memimpin laga-laga krusial.
“Kami juga sudah melakukan koordinasi terhadap keamanan yang lebih ketat karena fase krusial ini banyak intrik-intrik,” ujarnya.
“Kami juga berkoordinasi dengan PSSI terkait dengan wasit. Kami sudah mohon wasit agar partai-partai krusial tadi dipimpin sama wasit yang lebih konstruktif, lebih tegas, lebih kualitasnya baik,” lanjut Ferry.
Salah satu langkah konkret untuk menjawab keraguan publik adalah penggunaan wasit asing dalam beberapa pertandingan penting.
“Kalau lihat kemarin, ada beberapa wasit asing, itu jawaban dari yang sudah diberikan PSSI, dari ketua umum, dari Komite Wasit,” kata Ferry.
Namun demikian, tidak semua laga krusial dipimpin oleh wasit asing. Pertandingan antara Semen Padang dan Persija, misalnya, tetap dipimpin wasit lokal, Rio Permana Putra.
Meski begitu, laga tersebut berjalan lancar dan berakhir dengan kemenangan mengejutkan 2-0 untuk Semen Padang, yang sedang berjuang keluar dari zona degradasi.