Persebaya Surabaya lagi-lagi harus menerima kenyataan pahit akibat ulah dari para oknum supporter.
Karena itu, manajemen Persebaya Surabaya harus kembali dijatuhkan hukuman dari Komisi Disiplin (KOMDIS) PSSI dengan memberikan sanksi denda sebesar Rp.70 juta kepada klub berjuluk Green Force tersebut.
Denda ini diberikan oleh Komisi Disiplin (KOMDIS) PSSI atas dua pelanggaran yang terjadi saat pertandingan antara Persebaya Surabaya melawan Arema FC di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya pada 07 Desember 2024 lalu.
Saat itu terjadi insiden pelemparan botol ke dalam lapangan dan penyalahgunaan flare oleh oknum supporter yang terjadi di pertengahan pertandingan.
Menurut rincian sanksi, Rp. 20 Juta dikenakan akibat aksi pelemparan botol air mineral ke dalam lapangan, dan sisanya Rp. 50 juta diberikan akibat pelanggaran berupa penyalahgunaan flare di dalam Stadion.
Meskipun denda yang diberikan PSSI ini cukup memberatkan, namun Presiden Persebaya Surabaya, Azrul Ananda menilai ada satu sisi positif yang patut untuk diapresiasi.
Dirinya melihat terdapat beberapa reformasi besar yang telah dilakukan oleh Bonekmania dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah video di kanal YouTube Specials ID35, Azrul menyampaikan pandangannya kepada Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Dr. Luthfie Sulistiawan. Ia menyoroti perubahan yang cukup signifikan dengan sikap dan perilaku dari para Bonekmania dibandingkan dengan tujuh tahun yang lalu.
Azrul menyebutkan jika perubahan ini tidak hanya terjadi kepada Bonekmania, namun juga terjadi kepada para pendukung Persija Jakarta, yakni The Jack Mania.
Menurut dirinya, the Jack mania juga telah menunjukan gerakan-gerakan positif yang membantu mengubah citra mereka dalam beberapa tahun ini.
“Di Jakmania ada pergerakan untuk berubah, begitu juga di Bonek. Mohon maaf, ini yang belum terlihat seperti itu adalah Bandung dan Malang,” kata Azrul dalam video tersebut.
Ia juga mengungkapkan jika Surabaya dan Jakarta memiliki kemudahan tertentu dalam hal menggerakkan masa untuk berubah.
Namun dirinya melihat kondisi ini belum terlihat pada beberapa daerah seperti, Bandung dan Malang.
“Di sini (Surabaya), kami bergerak secara gerilya dan perlahan-lahan. Kalau dibandingkan dengan tujuh tahun lalu, perubahan yang terjadi sudah sangat signifikan,” tambahnya.