Manajemen Persib Bandung akan melakukan langkah besar tahun depan.
Tim berjuluk Maung Bandung ini berencana melantai di bursa saham dengan skema Initial Public Offerining (IPO) atau penawaran umum perdana.
Langkah Persib Bandung ini mendapat respon beragam dari berbagai pihak, termasuk dari pakar ekonomi.
Pakar Ekonomi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Setia Mulyawan menilai dengan rencana tersebut Persib lebih membuka diri untuk dimiliki publik.
“Jadi dengan IPO memberikan kesempatan kepada semua orang untuk memiliki Persib sebagai korporasinya,” ujarnya.
Dengan menjadi perusahaan terbuka menurut Setia, Persib Bandung harus bersiap untuk menghadapi berbagai tuntunan dari publik, termasuk tata kelola akuntabilitas dan transparansi.
“Kalau sudah IPO tentu akan lebih meningkatkan performa tata kelola Persib karena telah menjadi perusahan publik, tentu dituntut membuka informasi kepada masyarakat luas,” terangnya.
Setia juga mengatakan jika Persib Bandung bisa berpotensi menarik investor setelah melantai di bursa saham.
Sebab di Pulau Jawa saat ini memiliki 1.2 juta investor dari kalangan muda.
“Dugaan saya market yang dibidik itu market emosional. Di Jabar itu ada 1,2 juta investor, dan sebagian besar itu usianya antara 20-40 tahun,” ucapnya.
“Kalau itu mereka diberikan kesempatan untuk memiliki Persib, ya tentu mereka akan mengalihkan portofolio investasi pada saham Persib tapi ada catatannya,” lanjut Setia.
“Kalau misalkan di tahap awal listing di pasar modal saham diburu publik itu tentu kinerja Persib nya harus ditingkatkan, supaya pembeli emosional ini tidak kemudian menjual kembali sahamnya. Kalau performa jelek pasti akan menjual,” jelasnya.
“Jadi investor akan sangat tergantung performa Persib Bandung nya. Jangan sampai go public kemudian performa merosot maka valuasi dari saham itu akan ikut turun,” tutupnya.
Sejauh ini, baru Bali United yang telah melakukan IPO.
Tim kebanggaan Masyarakat Bali itu sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Juni 2019 lalu.