Permasalahan antara Malut United dengan mantan pelatih dan direktur teknik belum juga menemui titik damai.
Terbaru, manajemen Malut United akhirnya mengungkapkan alasan mereka memecat Imran Nahumarury (pelatih kepala) dan Yeyen Tumena (direktur teknik) dari jabatannya.
Sebelumnya, permasalahan ini menjadi sorotan tajam karena performa Malut United yang sangat apik di musim lalu dengan berhasil finish di urutan ketiga.
Disaat semua tim sedang mempersiapkan untuk memulai musim baru, Malut United justru harus bertarung dengan permasalahan yang menyangkut Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena.
Kabar yang beredar adalah adanya pelanggaran berat yang dilakukan Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena yang sangat merugikan Malut United.
Hal itu membuat Wakil Manajer Malut United, Asghar Saleh akhirnya buka suara terkait masalah ini.
Manejemen klub menyebutkan jika pelanggaran yang dilakukan Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena terjadi saat Malut United masih berada di Liga 2.
Pada saat itu, manajemen telah memberikan waktu kepada mereka berdua untuk berubah, bahkan memberikan kenaikan kompensasi dengan harapan tidak mengulangi kesalahan, tetapi justru masalah ini masih terus terjadi, bahkan hingga BRI Liga 1 2024/2025 berakhir.
“Energi kami sekarang sepenuhnya tercurah pada persiapan jangka panjang.”
“Fisik dan peran pemain dalam TC di Yogyakarta pada 27 Juli 2025 jelang bergulirnya Liga 1, yang rencananya akan dimulai pada awal Agustus.”
“Tetapi kami tidak bisa menutup mata atas berbagai praktik tidak pantas yang dilakukan keduanya,” kata Asghar Saleh dilansir liganusantara.com dari BolaSport.com.
Terbaru, pihak manejemen menemukan pelanggaran berat yang dilakukan kedua orang tersebut.
Dimana kedua orang itu melakukan praktik curang yang memaksa kepada para pemain untuk membayar sejumlah uang agar dapat dimainkan.
Tentunya, ini menjadi masalah yang cukup berat dan melanggar sebuah kesepakatan kontrak antara tim dengan pemain.
Hal tersebut membuat pihak manajemen langsung turun tangan dan melakukan tindakan tegas untuk menyelesaikan permasalahan ini.
“Kami kecewa berat. Ada pemain yang mengaku harus menyetor uang agar bisa bermain.”
“Bayaran pemain juga diambil dan itu jelas melanggar,” lanjutnya.
“Kami punya bukti cukup, termasuk indikasi adanya setoran dana dari pemain.”
“Dalam satu pertandingan, nilainya bisa mencapai Rp200 juta.”
Angka tersebut tentunya sangat besar bagi seorang pemain yang ingin dirinya bermain di atas lapangan.