Rencana Persija Jakarta membangun stadion sendiri adalah buah dari perhitungan matang manajemen mereka.
Meskipun Pemerintah Provinsi Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan periode 2017-2022 telah membangun Stadion Internasional Jakarta (JIS) untuk kandang baru “Macan Kemayoran”.
Namun bagian kepemilikan dan pengelolaan JIS mengganjal Persija Jakarta untuk sepenuhnya berkandang di arena yang memiliki kapasitas sebesar 82.000 penonton itu.
Direktur Persija Jakarta yakni, Mohamad Prapanca menyebut klubnya tidak bisa meniru Persib Bandung yang mengambil alih pengelolaan Stadion Gelora Bandung Larutan Api.
Prapanca menyebut kalau JIS bukanlah seperti GBLA dan stadion-stadion lainnya.
Jika stadion GBLA dikelola langsung di bawah naungan pemerintah daerah, utamanya Pemerintah Kota Bandung, berbeda dengan JIS yang dikendalikan oleh PT Jakarta Propertindo (JAKPRO) yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah milik Pemprov Jakarta.
Lalu ada pula dua tim lainnya yang telah memegang kendali stadion secara mandiri, seperti Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta dan Persita Tangerang di Indomilk Arena.
“Stadion yang dimiliki pemerintah daerah yang diperuntukkan untuk keperluan publik, jadi tidak mencari keuntungan semata. Sedangkan JIS dikelola BUMD, selain untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Jakarta, mereka juga memiliki target untuk pengembalian investasi yang telah dikeluarkan pemerintah Jakarta,” ujar Prapanca.
Menghitung Pengeluaran untuk Mengelola Stadion Internasional Jakarta
Menurut hitungan dan perkiraan Prapanca, nilai investasi JIS menyentuh Rp. 4 trilliun untuk pembebasan lahan, pembangunan, dsb.
Misal Persija mengambil alih pengelolaan JIS selama 20 tahun, Persija harus mendapat pendapatan hingga 200 Milliar + 100 Milliar untuk pemeliharaan (total 300milliar) yang harus disetorkan ke Jakpro per tahun sebagai bentuk pengembalian investasi.
“Anggaplah 30 kali main di JIS (Liga, AFC, Friendly Match) mungkin hanya akan mendapatkan 21 milliar. Sisanya bisa kita jual untuk konser dan lain-lain. Karena ada jeda maintenance, mungkin hanya akan mendapat 16 event. Misal dipatok biaya sewa 1 Milliar per event, jadi total 16 Milliar. Dengan jumlah itu (21+16= 37 Milliar per tahun) untuk biaya pemeliharaan saja tidak cukup. Jadi maka menurut saya resiko terlalu besar untuk kami bisa kelola JIS yang sangat megah itu,” tutur Prapanca.
“GBLA bersama Persib hitung-hitungannya saya rasa tidak akan sebesar itu karena itu kan milik Pemda. Mungkin setahun hanya akan menyetor 10-16 Milliar. Sedangkan kita harus menyetor 300 Milliar ke JIS. Jadi saya rasa kami belum siap untuk mengelola JIS,” pungkasnya.