Sepakbola

Ismed Sofyan Menyesal Tak Pernah Bela Persib

×

Ismed Sofyan Menyesal Tak Pernah Bela Persib

Sebarkan artikel ini
Ismed Sofyan Menyesal Tak Pernah Bela Persib
Ismed Sofyan Menyesal Tak Pernah Bela Persib

Salah satu legenda Persija Jakarta, Ismed Sofyan tiba-tiba membuat pengakuan mengejutkan.

Ismed Sofyan baru-baru ini mengatakan dirinya menyesal tak pernah membela Persib Bandung.

Selama dua dekade setia membela Macan Kemayoran, ia menyimpan penyesalan yang mendalam karena tak pernah mengenakan kostum Persib Bandung.

Padahal dua klub ini adalah rival abadi di kancah Liga 1 Indonesia. Ismed Sofyan bukan sosok asing bagi para pecinta sepak bola Tanah Air.

Lahir di Manyak Payed, Aceh Tamiang pada 28 Agustus 1979, Ismed memulai kariernya dari PSBL Langsa dan Persiraja sebelum akhirnya bersinar bersama Persija Jakarta sejak 2003.

Selama 20 tahun, ia membela panji Macan Kemayoran tanpa pernah berpaling, bahkan ketika banyak rekannya satu per satu pindah ke klub rival, termasuk Persib Bandung.

Namun, siapa sangka, setelah pensiun, pemain yang dijuluki “Sergio Ramos Indonesia” ini mengungkapkan sesuatu yang selama ini tak pernah ia katakan. Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube See Media, Ismed mengaku,

“Iya, salah satu penyesalan gua, gua enggak pernah main di Persib Bandung.”

Ucapan ini sontak mengejutkan publik, mengingat rivalitas kedua klub yang begitu kental, tak hanya di lapangan, tetapi juga di tribun suporter. Ismed memang dikenal sebagai pemain loyal.

Selama 20 tahun membela Persija, ia tak hanya mempersembahkan gelar Liga 1 2018, tetapi juga menjadi panutan bagi para pemain muda karena kedewasaannya dan kepemimpinannya sebagai kapten tim.

Namun, di balik loyalitas tersebut, ia menyimpan hasrat yang tak pernah terwujud yaitu membela Persib Bandung, tim yang diakuinya pernah membuatnya merasa tertekan saat bertanding.

“Pertandingan paling berat yang pernah dialami bersama Persib Bandung 2018. Beratnya itu sebelum pertandingan, kami sudah naik Barakuda,” kenang Ismed.

Ia menambahkan bahwa situasi di luar stadion sangat mencekam,

“Itu pertandingan ditunda mungkin setengah jam karena akses masuk stadion nggak bisa karena bus dari suporter tuan rumah sudah malang di tengah jalan.”

Menurutnya, suasana di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) saat itu sangat menegangkan dan menuntut mental yang luar biasa dari para pemain.

“Walaupun akhirnya kami kalah 3-2,” tuturnya menutup kenangan pahit itu.

Ismed bukan satu-satunya pemain yang menyadari bahwa rivalitas Persija dan Persib sebetulnya hanya berlangsung di atas lapangan.

Sejumlah pemain top seperti Atep, Muhammad Ilham, hingga Marc Klok pernah mengenakan dua jersey rival itu secara bergantian.

Terbaru adalah Rezaldi Hehanussa yang memulai karier di Persija lalu melanjutkan perjalanan bersama Persib.

Kini, setelah pensiun dari lapangan hijau, Ismed tengah mempersiapkan langkah barunya di dunia kepelatihan.

Ia sudah mengantongi lisensi kepelatihan B AFC dan membuka peluang untuk berkarier sebagai pelatih profesional.

Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, Ismed justru akan merealisasikan penyesalannya dalam peran baru yaitu mungkin saja sebagai bagian dari staf kepelatihan Persib Bandung.

Meski begitu, pengakuan jujurnya ini mencerminkan kedewasaan dan cinta sejatinya terhadap sepak bola Indonesia.

Bahwa rivalitas sekeras apapun di lapangan tak boleh menghilangkan rasa hormat terhadap lawan dan rasa ingin berkembang di tempat baru.

Dalam hal ini, Ismed justru menunjukkan kelasnya sebagai legenda sejati, bukan hanya bagi Persija Jakarta, tetapi juga bagi sepak bola nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *