Ketua Umum The Maident, salah satu kelompok suporter PSIM Yogyakarta, Rendy Agung Prasetya, menilai aturan larangan kehadiran suporter tandang tidak sepenuhnya efektif untuk mencegah kericuhan antarsuporter.
Menurutnya, larangan away justru membuat sebagian suporter tim tandang tetap hadir dengan cara sembunyi-sembunyi, seperti yang terjadi pada laga PSIM Jogja melawan Persib Bandung di Stadion Sultan Agung, Bantul, Minggu (24/8) yang berakhir dengan kericuhan.
Hal itu kata dia membuat suporter tim kandang justru lebih sulit untuk menyambut dan mengkoordinir suporter tim tamu.
“Kalau misalnya kemarin larangan away itu dicabut, mungkin teman-teman bisa lebih leluasa menerima suporter Persib Bandung dan enak malahan. Gak ada kontra (kericuhan) kayak gini, gak ada saling sembunyi-sembunyi,” ujarnya saat ditemui Pandangan Jogja, Senin (25/8).
“Toh kita juga beberapa kali larangan away kita juga ada yang datang walaupun gak resmi, dari temen-temen sendiri datang misalnya dari temen-temen yang daerah sana maupun yang di luar kota, maupun Jogja juga itu niatnya silaturahmi, mereka gak niat mau merusuh,” jelasnya.
“Kalau ada larangan away, tadinya pengen nonton tapi gak boleh, akhirnya teman-teman mungkin niatnya beda lagi,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden Brajamusti, kelompok suporter PSIM Jogja lainnya, Burhan Thole, masih enggan memberikan tanggapannya terkait persoalan ini. Ia menyebut akan ada pertemuan antara perwakilan suporter PSIM dan Persib pada Rabu (27/8).
Hal serupa disampaikan Ketua Viking, suporter Persib Bandung, Tobias Ginanjar.
“Saya baru akan kasih statement hari Rabu setelah bertemu teman-teman Brajamusti di Jogja,” kata Tobi dihubungi Pandangan Jogja, Senin (25/6).












