Arema FC memulai BRI Super League 2025/2026 dengan catatan yang sangat apik.
Tim berjuluk Singo Edan berhasil meraih 8 poin dalam 4 laga membuat tim berjulukan Singo Edan ini ada di urutan 3 klasemen sementara BRI Super League.
Hal ini membuat situasi internal Arema FC makin kondusif.
Situasi ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya, di mana Arema FC selalu mengawali kompetisi dengan tekanan dan beban lebih berat.
Lantaran mereka sulit meraih poin dan selalu berkutat di papan bawah.
Berikut adalah tiga faktor yang membuat pasukan Singo Edan berhasil mendapatkan tren positif pada awal musim.
Rotasi Pemain Berjalan Apik
Dalam empat pertandingan awal, Arema FC menerapkan rotasi pemain, baik lokal maupun asing. Rotasi ini tidak sekadar karena perubahan strategi, tapi juga cedera yang dialami pemain, seperti Odivan Koerich yang baru tampil di laga keempat.
Selain itu, Yann Motta juga mengalami sanksi karena kartu merah. Begitu juga Matheus Blade yang baru turun di laga kedua.
Dengan kata lain kedalaman skuad Arema FC musim ini sangat bagus. Karena rotasi yang dilakukan tidak banyak mereduksi kekuatan tim.
Buktinya, Arema FC selalu meraih poin dalam empat laga awal. Sekalipun dalam dua laga away ke markas tim promosi, PSIM Yogyakarta dan Persijap Jepara hanya meraih hasil imbang.
Selain itu, Arema FC juga dapat jadwal yang tidak terlalu berat di awal musim. Empat pertandingan awal, Singo Edan berjumpa dengan tim yang kurang diunggulkan. Seperti PSBS Biak yang baru melakukan perombakan skuat.
Setelah itu, tiga laga beruntun melawan tim promosi, seperti PSIM, Bhayangkara dan Persijap. Dari segi kepercayaan diri, pemain Arema lebih bagus ketimbang tim lawan.
Pelatih Bisa Satukan Pemain
Keberadaan pelatih Marcos Santos di Arema FC juga membuat efek positif. Pelatih asal Brasil itu bisa membaur dengan staf kepelatihan dan pemain.
Hal itu terlihat sejak pelatih 46 tahun ini pertama datang ke sesi latihan. Dia sudah mengetahui banyak pemain Singo Edan.
Sebelum datang, Marcos melakukan riset siapa saja pemain dalam skuadnya. Selain itu, mayoritas pemain asing juga berasal dari Brasil sehingga adaptasinya jauh lebih cepat.
Tak hanya itu, dia juga dekat dengan staf kepelatihan, baik lokal maupun asing. Meskipun dia membawa asisten pelatih sendiri dari Brasil, Andre Caldas, staf kepelatihan lama juga dapat tugas yang sama pentingnya, di mana Kuncoro tetap difungsikan sebagai asisten pelatih.
Lalu Siswantoro ditugaskan menjadi pelatih fisik. Sisanya, tetap bertugas di posisi lama, seperti Thiago Simoes dan Galih Firmansyah sebagai pelatih kiper.
Beban Lebih Ringan
Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah beban Arema FC musim ini lebih ringan, karena ekspektasi fans tidak terlalu tinggi.
Sebab, Singo Edan babak belur ketika pramusim, di mana Arema FC tidak meraih kemenangan di Piala Presiden dan uji coba melawan Persija.
Selain itu, Singo Edan selalu terseok-seok dalam tiga musim sebelumnya. Ini membuat pemain Arema tidak punya beban.
Salah satu kuncinya tentu pertandingan pertama Super Legaue dilewati dengan mulus.
Mereka menekuk PSBS Biak dengan skor meyakinkaan 4-1 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada 11 Agustus lalu. Kemenangan ini membuat kepercayaan diri pemain Arema FC lebih tinggi menghadapi laga-laga selanjutnya.












